Sekarang adalah era digital, dunia sudah mulai meninggalkan cara lama yang sifatnya primitif dan cara lama bahkan disebut ketinggalan zaman. Segala sesuatu sekarang bersifat digital. Mulai dari dunia kerja, dunia pendidikan, dan bahkan untuk keperluan sehari bersama kesayangan kita.
Akan tetapi, dengan kemudahan lewat bantuan digital, bukan berarti sempurna. Tetap ada tantangan atau penghambat yang kita hadapi yang justru menghambat pekerjaan kita yang ingin kita bereskan. Salah satu faktornya adalah kelelahan mata, karena terlalu lama di depan digital screen atau layar gadget, yang bahkan bisa menimbulkan sakit kepala.
Bahkan jika kita tidak memberi batasan dalam menyerapkan informasi secara digital, itu akan menghilangkan konsentrasi kita oleh karena terlalu banyak pengetahuan yang kita serap tanpa memberi waktu istirahat. Terlebih lagi, meluangkan waktu secara digital dapat menimbulkan depresi pada seseorang. Terutama jika mereka secara lama menelusuri media sosial, yang dapat memicu rasa kesepian atau tidak bersyukur.
Dengan kemudahan mencari informasi dan keluwesan aliran pengetahuan, yang bisa dicapai dimanapun dan kapanpun ini juga menyebabkan orang memiliki rasa FOMO (Fear of Missing Out) karena takut tertinggalkan oleh berita terbaru atau seputaran yang lagi viral di media. Jika tidak diatasi, maka akan terus menerus menggali informasi baru dengan rasa kecemasan. Kemunculan media sosial membuat segala postingan atau uploads mudah tersebar meluas, yang menciptakan informasi baru bahkan di setiap detik. Realita ini dapat memberi tekanan secara sosial pada individu karena harus terus mengejar yang terbaru.
Jadinya gimana dong untuk mengatasi atau mencegah agar nggak burnout di era digital ini? simak cara-cara berikut yang dapat membantu kamu agar tetap sehat dan secara mental secure di era digital ini.
Atur Prioritas Kepentingan Kamu
Setiap hari, kamu bisa merangkai To-Do List yang dapat membantu kamu mengerjakan tugas yang lebih urgent. Dengan cara ini, kamu bisa menghindari burnout karena tumpukan tugas dan jauh lebih ada waktu untuk istirahat yang cukup. Aplikasi seperti Trello atau Trasana bisa menjadi cara untuk manajemen tugas kamu, agar segala tugas bisa terlabel tergantung urgensinya.
Berikan Waktu untuk Istirahat
Tentunya tak kalah debat kalau istirahat menjadi cara untuk mengatasi kewalahan atau Burnout. Di setiap saat kamu lagi fokus mengerjakan suatu tugas, atau analisis informasi, sebaiknya memberi waktu untuk istirahat bahkan jika sejenak saja. Agar bisa diterapkan secara efektif, kamu bisa mengikuti Pomodoro Technique, dimana kamu akan bekerja selama 25 menit dan istirahat selama 5 menit. Teknik ini juga bisa kamu atur sendiri sesuai beban kerja atau kenyamanan kamu, asal semua kerjaan terselesaikan.
Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
Kesehatan fisik dan mental menjadi salah satu kunci kuat dalam mengatasi Burnout di era digital ini. Berolahraga tiap hari selama 30 menit terbukti dapat melepaskan endorfin yang dapat membuat badan jauh lebih bugar. Pola makan seimbang dan asupan yang tepat porsi juga menjadi pengaruh dalam kesehatan fisik yang bisa mengakomodasi melawan Burnout. Di saat dimana kamu merasa stres atau kewalahan, kebiasaan untuk mengatur pernapasan dapat membantu pikiranmu menjadi lebih rileks dan terkontrol. Ini bisa ditambah dengan meditasi secara rutin, yang bisa melatih mental menjadi lebih terarah.
Mengenali Penanda Burnout
Orang terbiasa mengabaikan tanda burnout atau bahkan tidak mengenali sama sekali gejala/penanda yang memberi tahu kalau pikiran atau badan kita akan segera menuju pada Burnout. Padahal dengan mengetahuinya kita bisa melakukan upaya secara pradini dalam upaya mencegah terjadinya Burnout. Secara fisik gejala Burnout bisa diketahui ketika seseorang mengalami insomnia, kelelahan kronis, atau sakit kepala. Secara emosional gejala bisa diketahui ketika seseorang merasa tidak semangat, cemas, atau merasa terisolasi. Sebaiknya selalu waspada terhadap gejala-gejala ini meskipun kamu dituntut oleh beban pekerjaan berat atau kebiasaan untuk menjalankan gaya hidup yang produktif yang jika tidak diawasi akan menyebabkan efek yang justru kontraproduktif.
Mengadakan Puasa Digital
Salah satu yang pasti sering kita gunakan di era digital ini adalah gadget atau smartphone dimana kita suka melibatkan diri dalam aktivitas media sosial. Tanpa disadari, ini mempengaruhi kesehatan mental kita secara negatif. Meskipun kita ada tuntutan untuk secara aktif menelusuri media sosial untuk mengetahui viralitas yang baru, tidak ada manfaatnya jika kita tidak membatasi diri karena dapat menurunkan kesehatan kamu secara mental. Terutama jika terlalu lama melihat postingan orang lain yang dapat menciptakan rasa kesepian atau kecemasan. Saat mengadakan puasa ini bukan berarti absen dari kegiatan, kamu masih bisa melaksanakan kegiatan lain seperti membuka aplikasi lain yang jauh lebih selektif seperti YouTube atau berita seperti Detik. Akan tetapi jika kamu berasa mata kelelahan atau mulai merasakan kepala pusing, sebaiknya berpindah ke aktivitas lain yang tidak bersifat digital seperti olahraga atau meditasi.
Penutup
Secara kesimpulan, era digital ini mendorong kita sebagai individu untuk mengerjakan segala sesuatu dengan alat teknologi yang ada seperti gadgets. Meskipun ini memudahkan kehidupan kerja maupun kehidupan pribadi kita, sebaiknya kita mempunyai kesadaran diri untuk membatasi waktu di hadapan layar digital demi kesehatan fisik dan mental kita.