Walau baru berdiri tahun lalu, IFG Life telah mengantongi pendapatan Rp1,63 miliar pada Juni 2021. Pendapatan tersebut diperoleh dari berbagai sumber bisnis perusahaan.
Merujuk laporan keuangan perusahaan, pendapatan IFG Life berasal dari hasil investasi Rp1,00 miliar, pendapatan premi Rp7 juta dan pendapatan lain Rp626 juta.
Untuk mendapatkan hasil investasi maksimal, perusahaan cenderung bermain aman. Dengan total aset investasi Rp107,42 miliar, IFG Life mengandalkan dua instrumen investasi yakni deposito berjangka Rp70,32 miliar dan Surat Berharga Negara (SBN) Rp37,10 miliar.
Direktur Keuangan dan Investasi IFG Life Farid Azhar Nasution mengatakan, pertumbuhan hasil investasi tersebut berkat pengelolaan keuangan yang lebih efektif. Jika ada kelebihan dana, perusahaan akan investasikan ke instrumen deposito dan SBN.
Dengan realisasi itu, perusahaan makin optimis kinerja investasi terangkat. Salah satu strateginya dengan memanfaatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk disalurkan ke beberapa instrumen investasi.
“Sekurang-kurangnya, 70% ke SBN, maksimal 20% di deposito dan maksimal 10% ke obligasi korporasi,” kata Farid, Selasa (7/9).
Namun investasi itu mempertimbangkan profil serta masa jatuh tempo produk asuransi dibarengi pengelolaan libilitas aset (ALM) yang lebih ketat. Melalui strategi tersebut, kondisi keuangan dan investasi perusahaan tetap terjaga.
Untuk tahun ini, perusahaan fokus pada pengalihan portofolio baik aset maupun polis Jiwasraya yang sudah direstrukturisasi. Sementara dari sisi premi, perusahaan tidak pasang target terlalu besar.
“Kami punya target premi, itu semua bergantung pada premi lanjutan (renewal premium) dari polis yang sudah direstrukturisasi,” ungkapnya.
Seperti diketahui, IFG Life berdiri pada 22 Oktober 2020 lalu. Perusahaan mengantongi izin operasional dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 7 April 2021.