Penyakit diabetes dapat ditemui dalam beberapa bentuk yaitu salah satunya diabetes insipidus. Penyakit yang satu ini juga tidak boleh diremehkan begitu saja. Pasalnya, terdapat banyak dampak yang akan bisa dirasakan oleh penderita. Yuk simak pembahasan terkait penyakit diabetes insipidus disebabkan karena apa dan bagaimana gejala penyakitnya.

Penyakit Diabetes Insipidus Disebabkan Karena Kelainan Hormon yang Perlu Diwaspadai
Penyakit Diabetes Insipidus Disebabkan Karena Kelainan Hormon yang Perlu Diwaspadai

Pengertian Diabetes Insipidus

Diabetes insipidus diartikan sebagai suatu kondisi dimana keseimbangan air dalam tubuh terganggu. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil dan rasa haus yang berlebihan. Penyakit ini dapat menyebabkan gangguan tidur, kesulitan buang air kecil, bahkan mengompol. Meski gejalanya mirip dengan diabetes, penyebab penyakitnya berbeda.

Diabetes mellitus disebabkan oleh masalah insulin dan gula darah tinggi. Sedangkan diabetes insipidus dipengaruhi oleh kerja yang dilakukan ginjal pada urin. keduanya tidak berhubungan. Namun, ada pilihan pengobatan yang berbeda tergantung pada penyebab kondisinya. Pengobatan diberikan untuk meredakan gejala dan meminimalisir risiko komplikasi

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa penyakit diabetes insipidus disebabkan karena adanya gangguan pada sistem kerja yang dilakukan ginjal untuk bisa menghasilkan urin. Oleh karena itu, agar bisa lebih memahaminya, maka anda perlu mengetahui apa saja gejala yang dimunculkan. Yuk simak ulasan terkait berbagai gejalanya

Gejala Penyakit Diabetes Insipidus

1. Sering Merasa Haus

Jika anda merasa haus akhir-akhir ini mkaa perlu untuk lebih berhati-hati. Hal ini karena sering haus bisa menjadi salah satu bentuk tanda dan gejala dari adanya penyakit diabetes insipidus. Kondisi ini bisa terjadi jika Anda banyak buang air kecil. Semakin banyak urin yang dikeluarkan maka menuntut anda untuk semakin banyak air yang harus dikonsumsi tubuh.

Akibatnya, orang yang mengalami hal ini mungkin merasa haus sepanjang waktu, bahkan jika mereka minum banyak air. Selain gejala yang satu ini, terdapat berbagai jenis tanda atau gejala diabetes insipidus yang menyerupai penyakit ginjal seperti buang air kecil di malam hari, kulit kering, sembelit, sulit berkonsentrasi, sering enuresis atau mengompol di malam hari.

2. Sering Buang Air Kecil

Penderita diabetes insipidus ditandai dengan sering buang air kecil. Mayo Clinic mengutip bahwa ginjal biasanya menyaring sekitar 120-150 liter darah per hari untuk menghasilkan 1-2 liter urin. Pasien dengan penyakit ini dapat mengeluarkan hingga 3 sampai 20 liter urin per hari. Dalam keadaan ini, frekuensi buang air kecil meningkat, sekitar 3 hingga 4 kali dalam satu jam.

Penyebab terjadinya Penyakit Diabetes Insipidus

Penyakit diabetes insipidus disebabkan karena adanya gangguan pada bagian fungsi ginjal yang bermasalah pada hormon antidiuretik atau kelenjar pituitari. Hormon antidiuretik yang tidak efektif akan membuat terjadinya ketidakseimbangan air dalam tubuh. Hormon antidiuretik (ADH) bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus pada bagian otak yang membantu ginjal mengeluarkan dan menyerap cairan. Ketika tubuh mengalami dehidrasi, kelenjar pituitari mengeluarkan antidiuretik ke ginjal agar bisa menahan air dan mengurangi produksi urin. Namun, hormon tersebut justru tidak bekerja dan mengganggu jumlah air dalam tubuh.

Selanjutnya untuk jenis penyakit diabetes insipidus sentral disebabkan karena terjadinya kerusakan di bagian hipotalamus atau kelenjar pituitari.  Hal tersebut nantinya akan dapat mencegah penyimpanan, produksi, dan pelepasan hormon vasopresin. Cedera yang dialami terjadi karena disebabkan oleh adanya tumor, meningitis, trauma kepala, atau operasi otak.

Penyakit yang satu ini cukup berbahaya dan bahkan dinyatakan sebagai salah satu jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Namun untuk bisa mengetahui dan penanganannya dengan tepat anda perlu datang menemui dokter ahli. Dengan begitu maka nantinya jenis penanganan akan bisa lebih sesuai dan meminimalisir gejala atau resiko yang akan terjadi